Oleh : Aisyah Fad
Sebuah angin segar bagi saya! Sejak saat itu saya rasakan
bahasa Indonesia adalah kemerdekaan. Saya tidak perlu lagi berpikir
dengan siapa saya berhadapan, saya bisa merdeka dan leluasa untuk
mengatakan apapun.
Saya mengenal bahasa Indonesia pertama kali, ketika masuk sekolah
dasar. Saya suka berbahasa Indonesia. Kenapa?
Karena bahasa Indonesia mampu menutupi kekurangan saya dalam berbahasa
Jawa. Saya tidak perlu memilah-milah layaknya bahasa jawa. Saya tidak
perlu berpikir, kalimat yang saya rangkai akan saya tujukan kepada
siapa, dan harus memakai bahasa apa, kromo inggil, kromo madya atau ngoko.
Keluarga saya adalah keluarga jawa kental yang mewajibkan anak-anaknya
menggunakan krama inggil kepada orang tua. Tidak hanya hanya kepada
orang tua saya, tetapi kepada siapa pun seumur dengan orang tua.
termasuk kepada tukang becak, tukang batu, juga kepada penjual tahu
tepo, mereka selalu menegur jika saya asal berbahasa (ngoko).
Suatu ketika saya berlibur ke rumah bulek (adik ibu). Bulek
saya seorang perawat yang sangat halus budi bahasanya. Mengetahui saya
megap-megap dalam berbahasa jawa halus, bahkan sering salah dalam
menerapkannya, bulek memberikan solusi, daripada menggunakan salah-salah, lebih baik berbahasa Indonesia dengan benar!
Sebuah angin segar bagi saya! Sejak saat itu saya rasakan bahasa Indonesia adalah kemerdekaan. Saya tidak perlu lagi berpikir dengan siapa saya berhadapan, saya bisa merdeka dan leluasa untuk mengatakan apapun.
Itu adalah sepenggal cerita lalu, tentang bahasa yang memerdekakan saya.
Dan hari ini saya mengikuti lomba penulisan bahasa Indonesia yang
diadakan oleh Kompasiana. Hari yang membuat saya membaca banyak sekali
permasalahan tentang bahasa. Hari yang melemparkan saya pada
kekhawatiran dan kebaggaan tentang bahasa, hingga akhirnya melemparkan
saya pada sebuah kesadaran baru.
Hari ini saya membaca,....
Bagaimana pada tahun 2010 para elite politik tidak bangga dengan bahasa
yang dimilikinya, mereka menggunakan bahasa Inggris dalam pidatonya,
padahal jelas sekali bahwa di dalam undang-undang dasar 1945, bahasa
resmi yang digunakan dalam penyelenggaraan negara adalah bahasa
Indonesia. Bahkan saya merasakan kesedihan sastrawan paripurna atau
Ajip Rosidi ketika beliau mengatakan "Mereka (Elite politik) minder
atau takut dianggap bodoh ketika menyampaikan pikirannya dengan
bahasanya sendiri!"
Saya juga merasakan kekecewaan dari Sutan takdir Alisyabana, ketika
usulnya tentang dewan penerjemah tidak diindahkan pemerintah. Bahkan
saya meraba emosi beliau ketika mengatakan "Kalau begini situasinya,
maka lebih baik bahasa Inggris dijadikan saja bahasa nasional di
Indonesia. Ini supaya bangsa Indonesia bisa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan."
Sedih! Saya rasakan kekhawatiran beliau. Kekawatiran akibat dipakainya
bahasa Inggris dalam mata pelajaran di sekolah (RSBI). Semua
menunjukkan betapa besar kecintaan beliau pada bahasa.
Tetapi saya bangga ketika membaca tulisan Ary Subagya, Dosen Fakultas
Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dimana bahasa Indonesia
mencatat pertumbuhan lema yang mengesankan, pada tahun 1953, dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia terdapat 23000-lema. Pada 1976 (23 tahun
kemudian) berdasar Kamus yang di terbitkan Pusat Bahasa bertambah
1000-an lema. Pada tahun 1988 berdasar KBBI lema bertambah 38000-an.
Pertambahan lema dari 1000-an menjadi 38000-an, sangat mengesankan, dan
fantastis.
Meski beliau mengkhawatirkan sifat terbuka bahasa Indonesia ini. Saya
justru berpikir sebaliknya, bahwa tanda hidup adalah bergerak tumbuh
dan berkembang. Artinya pertumbuhan lema yang begitu besar menandakan bahasa Indonesia kita hidup! Jadi
selama mampu mengatur, bukan menjadi masalah jika 9 dari 10 kata bahasa
Indonesia adalah asing. Yang seharusnya dilakukan adalah membingkai
semua kata yang terdapat dalam kamus awal, sehingga beberapa puluh
tahun ke depan, anak cucu kita bisa membedakan mana yang merupakan
bahasa asli.
Saya juga berbahagia mengetahui beberapa perguruan tinggi negeri
memberikan beasiswa bagi warga asing yang ingin mempelajari bahasa
Indonesia. Sebuah lompatan yang sangat bijaksana. Lebih berbahagia
lagi, ketika mereka sangat antusias dalam mempelajarinya, seperti yang
ditulis oleh seorang kompasioner. Ini membuktikan bahasa Indonesia
mempunyai tentara, dan mempunyai daya tarik
Tetapi saya juga terkejut melihat sedemikian parahnya bahasa alay yang hinggap pada remaja tanggung. Meskipun sebelumnya saya sudah sering membaca tulisan alay di Facebook maupun twetter, tetapi tetap saja saya mengelus dada.
Bagaimana pendapat Anda tentang ini?
qOh g Mo iDop d LAM kmNfqAn....(aku gak mau hidup dalam kemunafikan)
pGEn qOh tO bLanK (pengen aku tuh bilang)
Aquwh p3NgenD n0Nt0n c4m4 qmuh. 94x b0l3h c4m4 p42h . 61m4n4h eaa?! t3t3p c3munggudh
(Aku pengen nonton sama kamu, gak boleh sama papa. Gimana ya? Tetap semangat!)
Betapa mereka tidak memberikan penghargaan atas jerih payah perumus
KBBI. Termasuk usaha para guru yang mengasuh mereka dalam berbahasa
Indonesia.
Namun saya sedikit lega ketika membaca tulisan seorang kompasioner
(Djiwenk), bahwa fenomena alay tidak hanya terjadi di Indonesia, di
Arab pun fenomena itu terjadi, ini contohnya:
huruf ع akan di ganti dengan angka 3 3ain maksudnya (mata)
3ami maksudnya (pamanku)
3ajeeb maksudnya (enak)
3mer (nama orang Amer)
huruf ط diganti dengan angka 6. ada juga yang mengantikan angka 6 ini sebagai huruf ت
6reeq maksudnya (jalan)
6buq maksudnya ( bata)
Artinya gejala alay adalah gejala normal yang bisa terjadi dimana pun.
Gejala bahasa yang timbul pada anak-anak tanggung yang sedang mencari
identitas. Gejala dari anak-anak yang mempunyai waktu lebih dan
membutuhkan penyaluran.
Satu lagi, berkesan! Hari ini saya tahu bahwa bahasa Indonesia sangat
menarik. Saya berharap setiap anak Indonesia mampu tertarik kepada
bahasa ibunya, semenarik iklan MU yang diperankkan oleh Ryan Giggs,
Edwin van der Sar, Wayne Rooney dkk. Iklan yang meskipun telah 2 tahun
berlalu, masih melekat dalam ingatan saya. Iklan yang mengingatkan saya
dalam pembelajaran bahasa Indonesia "Ini ibu Budi". Ya! Iklan yang
mampu membuat tersenyum ketika para idola melafalkan "Budi bermain
bola".
Saya optimis, selama ada sastrawan yang memiliki kepedulian, selama
para guru besar bahasa mau turun tangan, selama kegiatan berbahasa
selalu diupayakan dan bulan bahasa di semarakkan, bahasa Indonesia akan
selalu hidup. Tidak perduli berapa ragam bahasa asing yang masuk.
Bahasa Indonesia akan selalu hidup tumbuh dan berkembang.
Sehidup kesadaran baru yang terbangun hari ini, bahwa saya harus mewariskan kecintaan saya terhadap bahasa.
Jika tidak saya sebagai warga siapa lagi?
Jika tidak sekarang kapan lagi?
*** Naskah ini adalah penggembira untuk Kompasiana dalam rangka bulan bahasa. Dengan tema "Bahasa dan Kita" ( September 2012)
Pemenang I adalah Edy Roesdiono karyanya bisa dilihat di sini .
Semoga Bermanfaat.
Minggu, 21 Oktober 2012
Rabu, 17 Oktober 2012
" 3 Dalam 13 "
Tulisan ini menjadi Penggembira dalam kontes blok aku dan PLN,..tulisan pemenang bisa dilihat di bawah
“ Ibu! Saya pinjam uang dulu ya, PLN mengadakan pemasangan gratis bagi warga miskin. Tapi yang gratis sudah habis, jadi harus membayar kurang lebih Rp 600.000,00 “
Saya terpana,… hari gini, di tengah
kota Makassar yang metropolis, ada warga yang belum terjamah listrik? Atau lebih tepat jika dikatakan, “Belum mampu
memasang listrik?”
Namun, kata gratis ini telah mengembangkan senyum di bibir saya. Lembaga
apapun dan dimanapun, pasti memiliki kekurangan. Yang membedakan adalah
bagaimana mereka berusaha menggali kerkurangan tersebut. Kemudian sebesar apa
keinginan untuk mengatasi keluhan-keluhan yang timbul.
Dan
merupakan kesempatan emas, ketika PLN yang bekerja sama dengan BLOGdetik memberikan
tempat untuk menuliskan “Aku dan harapanku kepada PLN “. Demi sebuah sumbangsih untuk negara, demi kebersamaan, saya tuliskan “3 dalam 13” dengan harapan menjadi
bahan pertimbangan dari rakyat. Semoga bermanfaat.
Saat ini saya merasakan kemajuan dalam tubuh PLN. Terutama yang berhubungan dengan
birokrasi. Pernah saya harus membayar tunggakan, karena pengontrak rumah
sebelum saya menunggak 8 bulan. Tetapi semua bisa selesai dalam satu hari.
Demikian pula bibi yang saya ceritakan di atas, meminta sambungan hanya dalam
beberapa jam saja
Namun, ada ketidaknyamanan yang langsung saya rasakan, walau hanya tiga masalah. Dari tiga hal ini
berkembang menjadi 13 harapan. Meskipun saya yakin, beberapa diantaranya telah dilakukan oleh PLN, Jika memang telah dilakukan, tentu saja peningkatan frekwensi dan kualitaslah
yang menjadi
harapan.
3 Ketidaknyamanan itu adalah :
#1.
Pemadaman Bergilir.
Merupakan sebuah kesetimbangan alam, jika pertambahan
penduduk (pengguna PLN ) yang tidak
dibarengi dengan pertambahan sumber energi yang kontinyu, serta infra
struktur yang kuat, akan menimbulkan kekurangan. Bahkan menurut Hambali dan Hendroko, 2002. Penurunan jumlah cadangan minyak yang disertai penurunan produksi minyak mencapai 10% pertahun disini
PLN mengatasi kekurangan jangka pendek dengan pemadaman bergilir. Meski
pemadaman bergilir ini tampak sederhana, tetapi akibatnya luar biasa. Bagi
masyarakat juga
bagi para
pelaku industri. Terutama bagi indusri mikro (home ndustri), dimana penghasilan
pelaku industri tersebut 100% berasal dari sana.
Harapan atas pemadaman
bergilir adalah
1)
#Adanya Target
Jika PLN berani menargetkan penurunan
pemakaian BBM hingga 11,12% pada tahun 2012 (dari 21,2% menjadi 10%) sumber berita dari sini , maka tidak
berlebihan jika saya berharap PLN membuat target pula untuk pemadaman bergilir.
Sebuah target yang dibuat berdasar
hitungan yang matang, bahwa pada tahun “X” Indonesia akan bebas dari pemadaman
bergilir. Setidaknya pemadaman bergilir mempunyai tangga penurunan yang telah
di rencanakan,
misalnya tahun pertama 20%, tahun kedua 30% dst.
Tidak mudah
memang, tetapi dengan
kesungguhan dari jajaran PLN yang bersih, bersama dukungan penuh dan harapan dari masyarakat, PLN pasti bisa!
2)
# Sosialisasi khusus untuk Industri Kecil dan Mikro.
Meskipun sektor industri besar jauh lebih terpukul dengan pemadaman bergilir.
Tetapi mereka juga mempunyai ketahanan yang lebih daripada masyarakat umum. Hal
itu disebabkan mereka memiliki manajemen yang terstruktur dengan baik, serta SDM dan planning yang
telah di tetapkan dengan matang.
Tetapi
bagaimana dengan industri mikro? Bagaimana dengan nasib para pelaku usaha di
bidang “Home industri?” Meskipun secara perseorangan sumbangan mereka terhadap
perekonomian kecil. Tetapi secara nasional dan global mereka paling tahan
terhadap krisis. Seperti pada tahun 1997 ketika Indonesia diguncang krisis moneter, dimana banyak Industri besar tumbang, Industri mikro relative stabil. sumber disini
Tetapi
sayang, para pelaku industri mikro ini masih terabaikan dalam sosialisasi
jadwal pemadaman. Artinya mereka tidak mendapat informasi khusus, sebagaimana
pelaku industri besar. Padahal pelaku home industri mempunyai etos kerja yang
sangat tinggi,
dan bergantung penuh secara finansial kepada usaha mereka. Sehingga pemadaman listrik yang hanya beberapa jam, bisa
mempunyai dampak yang sangat besar.
Alangkah
bergunanya bagi pelaku industri mikro, jika mereka mendapatkan sosialisasi khusus.
3)
# Jadwal yang mudah dihafal (waktu dan interval yang
sama)
Ketika masyarakat
mengetahui masalah-masalah yang dihadapi PLN . Kemudian melihat upaya nyata atau
kesungguhan dari PLN, tentu keikhlasan akan terbangun. Tetapi sosialisasi melalui
Koran, atau media yang lain, belumlah cukup. Karena belum tentu sampai kepada
rakyat.
Akan
mendidik kesiapan pelanggan, jika PLN melakukan pemadaman bergilir dalam
waktu-waktu yang sama, dengan interval yang sama. Demikian juga ketika PLN
telah sanggup mengatasi kesulitan dan melakukan pengurangan pemadaman bergilir.
Pengurangan dilakukan dalam waktu yang
sama dan interval yang sama.
Dengan
harapan masyarakat mampu bersosialisasi atas pemadaman itu pada diri mereka sendiri.
4)
#Membentuk tim sukarelawan.
Sesungguhnya
masyarakat Indonesia, tidak bodoh dan tidak buta. Bahkan cenderung ringan
tangan. Terbukti dengan adanya polisi cepek, koin Prita, honorer bergaji rendah yang loyal berkerja bertahun-tahun.
Sehingga bukan hal
mustahil bagi PLN untuk membentuk volunteer bagi sosialisasi di tiap daerah,
hingga ke lingkup RT. Informasi dari mulut ke mulut terbukti lebih efektif
daripada info di Koran.
Dengan
sampainya informasi pemadaman kepada masyarakat, diharapkan kekecewaan yang sebagai
dampak pemadaman bergilir bisa dikurangi.
#2. Finishing Yang Tidak Sempurna dan Pemeliharaan
infrastruktur (Galian, kabel dan
tiang listrik)
Ketidaknyamanan
kedua ini sering terasa lebih menganggu oleh tumpang tindihnya proyek antar PLN dan PDAM. Terutama atas galian tanah. Misalanya : Belum beberapa hari
masyarakat lega dengan selesainya galian PLN, PDAM sudah menggali pula ditempat
yang tidak terlalu jauh. Seolah–olah pekerjaan gali-menggali ini tidak ada
habisnya.
Demikian juga
atas galian tanah yang dikerjakan dengan setengah hati, sering membuat gundukan
melintang di jalan. Selain mengurangi estetika mata, juga menambah kemacetan dan rawan terjadi
kecelakaan. Pada akhirnya, waktu tersita
dijalan dan produktifitas berkurang, belum lagi keselamatan pengguna yang
terabaikan
Selain
itu kabel-kabel tranmisi yang terpasang rendah, dan tak jarang nampak kendur, memunculkan
pertanyaan. Benakah kontraktornya professional? Benarkah kontraktornya tidak
asal comot. Atau adakah sesuatu beramain didalamnya?
Harapan atas finishing
yang tidak sempurna dan pemeliharaan adalah
Beberapa harapan disini telah dilakukan oleh PLN. Namun menjadi suatu harapan agar
PLN meninjau kembali pelaksanaanya, supaya keluhan atas finishing pekerjaan ini mampu
ditekan seminim mungkin
5)
# Lebih Terbuka dan Selektif
Memilih
patner kerja dengan lebih trasparan dan terbuka, yang dinilai berdasarkan
pencapaian-pencapaian yang telah dilakukan oleh kontraktor sebelumnya. Jadi standart kompetisi
untuk mendapatkan tender, tidak hanya mengacu kepada harga yang kompetitif,
tetapi juga hasil kerja dan finishingnya. Sehingga tidak menjadi bumerang bagi PLN di kemudian hari.
6)
# Pantauan yang Konsisten
Selalu mengadakan pantauan terhadap hasil
akhir kerja patner (kontraktor) dan memberlakukan sangsi kepada mereka yang
tidak tuntas dalam mengerjakan tugasnya. Atau sangsi yang dikenakan kepada petugas PLN yang bertugas
memantau, jika terdapat kelalaian dalam tugasnya.
Sebagai pengelola
listrik tunggal PLN harus bersikap tegas terhadap kepada kontraktor yang
bersikap setengah hati.
7)
# Stimulus dan Sangsi Patner.
Memberikan
kompetisi aktif kepada patner kerja PLN, sehingga tercipta suasana saling
bersaing yang positif antar patner, Yang
pada akhirnya merangsang mereka untuk memberikan yang terbaik.
Diharapkan
dengan kompetisi, dan sangsi, hasil mereka jauh lebih bagus dan lebih dapat dirasakan
oleh masyarakat.
8)
#Memberikan Pelatihan Kerja.
Secara
akademik dan teori, tidak ada yang meragukan kemampuan jajaran Tim kerja .PLN
Tetapi demi penghematan dan efisiensi, ada kalanya PLN melimpahkan pekerjaan
kepada pihak swasta. dimana pihak swasta membagi kembali pekerjaan dalam
sub-sub bagian yang lebih kecil.
Alangkah
baiknya jika PLN “tetap” memberikan kepada mereka pelatihan-pelatihan, terutama
yang menyangkut hal-hal kecil yang seringkali mengacam keselamatan pelanggan.
Misalnya kabel yang terlalu rendah.
9)
#Melakukan Koordinasi Lapangan dengan instansi yang
berkepentingan sama
Mungkin ini
sulit dilakukan, tetapi bukan tidak mungkin. Koordinasi yang baik dengan
pihak-pihak terkait (PDAM, TELKOM) atau pihak manapun yang berurusan dengan galian. Koordinasi akan
mempersempit ruang yang tumpang tindih (mungkinkah ketika lewat jalur
yang sama dimasukkan dalam satu lubang ?)
10) #Sukarelawan
Selalu ada
sukarelawan untuk sesuatu yang manfaat. Sebagaimana Jokowi dan Ahok yang menuai
ratusan relawan, baik di berbagai jejaring sosial maupun mereka yang mau terjun
langsung.
Maka tidak
ada salahnya
membentuk tim relawan dalam memantau para pekerja lapangan. Tim relawan bisa diambil dari penduduk sekitar proyek dilaksanakan.
Menyosialisasikan
kepada mereka untuk melaporkan jika nampak ketidaktuntasan dalam pekerjaan yang
mengganggu masyarakat (tumpukan galian). Ataupun hasil kerja yang mengancam keselamatan
masyarakat.
Disamping
efektif memantau hasil kerja, sukarelawan tersebut juga bisa digunakan untuk
memantau keberadaan sarana dan prasarana yang sudah tidak layak. Misalnya kabel
terkelupas, yang bisa menimbulkan arus pedek (menyebabkan kebakaran),
Tetapi tentu saja pengaduan bagi relawan ini
dibedakan jalurnya dari jalur pengaduan biasa.
Dengan pemantauan yang berlapis-lapis
seperti ini diharapkan segala praktek korupsi kolusi dan nepotisme mampu di
tekan.
11) # Pembersihan
kearah dalam.
Menempatkan
aparatur yang bersih, dengan pemantauan kedalam (SDM PLN) terhadap
berbagai transaksi. Terutama dalam melaksanakan lelang proyek. Termasuk
memberikan sangsi yang tegas bagi mereka yang terbukti melakukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Ketika suatu instansi menemukan praktek KKN dalam jajarannya, bukan
sesuatu yang memalukan, tetapi justru menunjukkan “Seberapa besar” niat dari instansi
tersebut untuk membersihkan jajarannya.
Sangsi tidak hanya menjadi efek jera bagi SDM yang nakal, tetapi juga memupuk
kepercayaan masyarakat.
# 3. Tarif yang merakyat
Ketidaknyamanan yang ketiga adalah
tarif yang meroket. Namun demikian, sudah dapat di pastikan masalah tarif tidak
hanya masalah
rakyat. Tetapi merupakan masalah bagi besar bagi PT PLN Persero. Karena sebuah kenaikan
membutuhkan proses berbelit yang tentu memusingkan.
Membanggakan sekali bahwa PLN juga telah berusaha
menekan harga, dengan mencoba berbagai sumber bahan bakar alternative. Tidak hanya karena
persediaan menipis, tetapi juga karena tuntutan kebutuhan yang semakin
membesar.
- Telah diadakan riset untuk menggunakan matahari sebagai sumber bahan bakar alternatif, bahkan di kabupaten Kapuas pada tiga kecamatan daerah tertinggal telah dibangun PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), sumber disini . PLN juga sukses mengoperasikan PLTS terbesar di Morotai dengan dana yang besar pula 29 milliar Dan saat ini sedang diadakan penjajakan untuk daerah Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.sumber disini. Cepat atau lambat dengan adanya PLTS ini masalah pemerataan listrik di daerah terpencil akan teratasi.
- Pada pertengahan Agustus PPLTD Sumbawa telah mencoba menggunakan Minyak Jarak sebagai campuran solar pada PLTD (pembangkit Listrik Tenaga Diesel), mampu menghemat biaya hingga 20-30 %. Sumber disini
- PLN juga telah menjajaki kemungkinan menggunakan sampah sebagai bahan bakar, dengan menggandeng ITB sebagai Patner di sini
Saya yakin jika di gali masih
kemungkinan-kemungkinan yang bisa digunakan untuk menurunkan tarif dalam
jangka panjang, salah satu diantaranyaadalah biodiesel berbahan minyak karet disini
Tidak ada sesuatu yang instan di dunia ini. Demikian
juga dalam perubahan untuk menggunakan sumber daya alternative. Selalu ada
biaya besar di awal. Misalnya penggunaan minyak jarak, Pada tahap awal
lebih mahal daripada menggunakan solar. Tetapi setelah mencapai pencampuran yang pas, penghematan mampu dilakukan. Ditambah lagi biaya untuk infrastruktur
baru yang akan dibangun.
Tetapi adanya riset yang berkesinambunganakan dan
kerja keras yang terus menerus, akan membawa PLN, pada penetapan tarif yang murah.
Harapan
untuk pengembangan ke depan
12) # Kurikulum Pendidikan
Diakui atau tidak, kekurangan dalam era ini adalah efek dari hasil kerja generasi yang lalu. Dan kerja keras kita sekarang akan dinikmati oleh generasi mendatang.
Jika tidak ingin anak cucu kita kehabisan sumber energi, pengenalan sumber daya alam dengan segala permasalahannya harus segera dilakukan.
Pemerintahan Jepang dalam pengenalan sumber daya alam kepada generasinya mengemukakan bahwa “Jepang adalah negara yang miskin” ditambah dengan tragedi bom yang menghanguskan Hirosima dan Nagasaki membuat negara semakin terpuruk. Jiwa patriotisme dan kesadaran kehidupan bernegara telah di pupuk sejak dini.
Dampaknya
generasi muda mempunyai semangat yang sangat tinggi untuk keluar dari
kemiskinan. Maka tak heran jika kemudian Jepang termasuk dalam Macan Asia
Sedangkan
di Indonesia lebih sering diutarakan bahwa Indonesia gemah ripah loh jinawi,
atau Indonesia adalah kolam susu. Alangkah seimbangnya jika juga diutarakan
kepada mereka, daerah terpencil dengan realita sebaliknya (daerah kekurangan)
Jika
permasalah sumber daya energi yang menipis dan tantangan ke depan telah
dikenalkan sejak dini (SD). Maka bisa diharapkan tercipta generasi penerus yang
militan. Bukan mustahil tercipta generasi-generasi riset dengan dedikasi tinggi dan generasi pengelola sumber daya alam yang handal
KPK
telah menggandeng FPBA (Forum Penulis Bacaan Anak) untuk meluncurkan "Tunas Integritas". Sebuah buku yang ditujukan untuk anak berusia 4-5 tahun, 6 seri cerita anak demi membentuk pola pikir sedini mungkin dalam
menangkal korupsi sumber disini
Maka
saatnya pula humas PLN melakukan gebrakan-gebrakan yang membangkitkan emosi
anak, Supaya di kemudian hari mereka mampu menjawab tantangan akan minimnya
sumber daya energi.
Gerakan yang akan bermanfaat di
kemudian hari.
Itulah 13 harapan atas 3 ketidaknyamanan saya. Sebuah kerja keras yang nyata dibutuhkan. Berat memang, tapi saya yakin PLN pasti bisa!
Beberapa cuplikan pemenang lomba :
Rofiul Hadi PLN yang bersih dan seterang lampuku (Pemenang Utama)
Nurul Habibah PLN, Cahaya untuk Indonesia
Radiktiani 5 harapanku untuk PLN dan hikmah di balik padamnya listrik
Itulah 13 harapan atas 3 ketidaknyamanan saya. Sebuah kerja keras yang nyata dibutuhkan. Berat memang, tapi saya yakin PLN pasti bisa!
Beberapa cuplikan pemenang lomba :
Rofiul Hadi PLN yang bersih dan seterang lampuku (Pemenang Utama)
Nurul Habibah PLN, Cahaya untuk Indonesia
Radiktiani 5 harapanku untuk PLN dan hikmah di balik padamnya listrik
Langganan:
Postingan (Atom)