Sabtu, 10 November 2012

Ketika Harapan itu Ada

Sumber 

Sejarah telah mencatat bahwa Komite Empat era ORBA tidak “dianggap”. Panitia Retooling Aparatur Negara era ORLA, juga berakhir dead lock dan bubar. Bahkan Operasi Budhi tahun 1963, yang telah menyelamatkan 11 Milyard juga ditiadakan. Sebuah catatan sejarah berhikmah, “bukan” ketidakberhasilan yang membuat lembaga tenggelam, melainkan ketakutan pejabat negara korup dan kurangnya campur tangan rakyat .

Meski KPK telah 9 tahun exis. Tetapi Pemangkasan Kewenangan  KPK, dalam Revisi UU No 30 tahun 2002 tentang KPK, telah memberikan sinyal. Tanpa  dukungan rakyat, KPK akan senasip dengan pendahulunya.
          
Karena itu, jika saya menjadi Ketua KPK, maka  :

Sebelum memulai pekerjaan, saya pastikan KPK adalah amanat reformasi. Maka seluruh anggota KPK dan keluarganya harus siap dengan kemungkinan buruk. Bekerja maksimal dan rencana terus berjalan dengan atau tanpa saya.  

Saya akan bersahabat dengan rakyat. Membangun KPK yang tidak hanya menyelamatkan uang rakyat, tetapi juga dimiliki rakyat. 

Mengkampanyekan kejujuran dan kesederhanaaan, terutama kepada kaum wanita.  Karena wanita adalah guru pertama bagi anak-anak dan peneguh bagi pemimpin (laki-laki). 

Meningkatkan hubungan “khusus” dengan pribadi bersih dari seluruh badan yang ada, sehingga temuan kasus bisa ditingkatkan. Pengaduan yang “telah terbukti” juga akan saya berikan reward yang besar.
sumber
Meski hukuman bukan wewenang KPK. Tetapi saya akan terus mengawal, maka jika terjadi penyelewengan, KPK cepat mengendus. Saya juga akan mengabadikannya, nama-nama koruptor “pejabat kakap” di dinding tertinggi gedung KPK. Demi munculnya rasa malu, agar pengangkatan terpidana korupsi seperti Raja Faisal Yusuf, Senagip, Yusrizal, Imran Chalil dkk  tidak terjadi lagi. 

Minggu, 21 Oktober 2012

Dengan Kemerdekaan, Bahasaku Hidup! Tumbuh dan Berkembang

Oleh : Aisyah Fad

Sebuah angin segar bagi saya! Sejak saat itu saya rasakan bahasa Indonesia adalah kemerdekaan. Saya tidak perlu lagi berpikir dengan siapa saya berhadapan, saya bisa merdeka dan leluasa untuk mengatakan apapun.

Saya mengenal bahasa Indonesia pertama kali, ketika masuk sekolah dasar. Saya suka berbahasa Indonesia. Kenapa? Karena bahasa Indonesia mampu menutupi kekurangan saya dalam berbahasa Jawa. Saya tidak perlu memilah-milah layaknya bahasa jawa. Saya tidak perlu berpikir, kalimat yang saya rangkai akan saya tujukan kepada siapa, dan harus memakai bahasa apa, kromo inggil, kromo madya atau ngoko.

Keluarga saya adalah keluarga jawa kental yang mewajibkan anak-anaknya menggunakan krama inggil kepada orang tua. Tidak hanya hanya kepada orang tua saya, tetapi kepada siapa pun seumur dengan orang tua. termasuk kepada tukang becak, tukang batu, juga kepada penjual tahu tepo, mereka selalu menegur jika saya asal berbahasa (ngoko).

Suatu ketika saya berlibur ke rumah bulek (adik ibu). Bulek saya seorang perawat yang sangat halus budi bahasanya. Mengetahui saya megap-megap dalam berbahasa jawa halus, bahkan sering salah dalam menerapkannya, bulek memberikan solusi, daripada menggunakan salah-salah, lebih baik berbahasa Indonesia dengan benar!

Sebuah angin segar bagi saya! Sejak saat itu saya rasakan bahasa Indonesia adalah kemerdekaan. Saya tidak perlu lagi berpikir dengan siapa saya berhadapan, saya bisa merdeka dan leluasa untuk mengatakan apapun.

Itu adalah sepenggal cerita lalu, tentang bahasa yang memerdekakan saya.
Dan hari ini saya mengikuti lomba penulisan bahasa Indonesia yang diadakan oleh Kompasiana. Hari yang membuat saya membaca banyak sekali permasalahan tentang bahasa. Hari yang melemparkan saya pada kekhawatiran dan kebaggaan tentang bahasa, hingga akhirnya melemparkan saya pada sebuah kesadaran baru.

Hari ini saya membaca,....
Bagaimana pada tahun 2010 para elite politik tidak bangga dengan bahasa yang dimilikinya, mereka menggunakan bahasa Inggris dalam pidatonya, padahal jelas sekali bahwa di dalam undang-undang dasar 1945, bahasa resmi yang digunakan dalam penyelenggaraan negara adalah bahasa Indonesia. Bahkan saya merasakan kesedihan sastrawan paripurna atau Ajip Rosidi ketika beliau mengatakan "Mereka (Elite politik) minder atau takut dianggap bodoh ketika menyampaikan pikirannya dengan bahasanya sendiri!"

Saya juga merasakan kekecewaan dari Sutan takdir Alisyabana, ketika usulnya tentang dewan penerjemah tidak diindahkan pemerintah. Bahkan saya meraba emosi beliau ketika mengatakan "Kalau begini situasinya, maka lebih baik bahasa Inggris dijadikan saja bahasa nasional di Indonesia. Ini supaya bangsa Indonesia bisa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan."

Sedih! Saya rasakan kekhawatiran beliau. Kekawatiran akibat dipakainya bahasa Inggris dalam mata pelajaran di sekolah (RSBI). Semua menunjukkan betapa besar kecintaan beliau pada bahasa.

Tetapi saya bangga ketika membaca tulisan Ary Subagya, Dosen Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dimana bahasa Indonesia mencatat pertumbuhan lema yang mengesankan, pada tahun 1953, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia terdapat 23000-lema. Pada 1976 (23 tahun kemudian) berdasar Kamus yang di terbitkan Pusat Bahasa bertambah 1000-an lema. Pada tahun 1988 berdasar KBBI lema bertambah 38000-an. Pertambahan lema dari 1000-an menjadi 38000-an, sangat mengesankan, dan fantastis.

Meski beliau mengkhawatirkan sifat terbuka bahasa Indonesia ini. Saya justru berpikir sebaliknya, bahwa tanda hidup adalah bergerak tumbuh dan berkembang. Artinya pertumbuhan lema yang begitu besar menandakan bahasa Indonesia kita hidup! Jadi selama mampu mengatur, bukan menjadi masalah jika 9 dari 10 kata bahasa Indonesia adalah asing. Yang seharusnya dilakukan adalah membingkai semua kata yang terdapat dalam kamus awal, sehingga beberapa puluh tahun ke depan, anak cucu kita bisa membedakan mana yang merupakan bahasa asli.

Saya juga berbahagia mengetahui beberapa perguruan tinggi negeri memberikan beasiswa bagi warga asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Sebuah lompatan yang sangat bijaksana. Lebih berbahagia lagi, ketika mereka sangat antusias dalam mempelajarinya, seperti yang ditulis oleh seorang kompasioner. Ini membuktikan bahasa Indonesia mempunyai tentara, dan mempunyai daya tarik

Tetapi saya juga terkejut melihat sedemikian parahnya bahasa alay yang hinggap pada remaja tanggung. Meskipun sebelumnya saya sudah sering membaca tulisan alay di Facebook maupun twetter, tetapi tetap saja saya mengelus dada.

Bagaimana pendapat Anda tentang ini?
qOh g Mo iDop d LAM kmNfqAn....(aku gak mau hidup dalam kemunafikan)
pGEn qOh tO bLanK (pengen aku tuh bilang)
Aquwh p3NgenD n0Nt0n c4m4 qmuh.  94x b0l3h c4m4 p42h . 61m4n4h eaa?!  t3t3p c3munggudh
(Aku pengen nonton sama kamu, gak boleh sama papa. Gimana ya? Tetap semangat!)

Betapa mereka tidak memberikan penghargaan atas jerih payah perumus KBBI. Termasuk usaha para guru yang mengasuh mereka dalam berbahasa Indonesia.
Namun saya sedikit lega ketika membaca tulisan seorang kompasioner (Djiwenk), bahwa fenomena alay tidak hanya terjadi di Indonesia, di Arab pun fenomena itu terjadi, ini contohnya:

huruf ع akan di ganti dengan angka 3 3ain maksudnya (mata)
3ami maksudnya (pamanku)
3ajeeb maksudnya (enak)
3mer (nama orang Amer)
huruf ط diganti dengan angka 6. ada juga yang mengantikan angka 6 ini sebagai huruf ت
6reeq maksudnya (jalan)
6buq maksudnya ( bata)

Artinya gejala alay adalah gejala normal yang bisa terjadi dimana pun. Gejala bahasa yang timbul pada anak-anak tanggung yang sedang mencari identitas. Gejala dari anak-anak yang mempunyai waktu lebih dan membutuhkan penyaluran.

Satu lagi, berkesan! Hari ini saya tahu bahwa bahasa Indonesia sangat menarik. Saya berharap setiap anak Indonesia mampu tertarik kepada bahasa ibunya, semenarik iklan MU yang diperankkan oleh Ryan Giggs, Edwin van der Sar, Wayne Rooney dkk. Iklan yang meskipun telah 2 tahun berlalu, masih melekat dalam ingatan saya. Iklan yang mengingatkan saya dalam pembelajaran bahasa Indonesia "Ini ibu Budi". Ya! Iklan yang mampu membuat tersenyum ketika para idola melafalkan "Budi bermain bola".

Saya optimis, selama ada sastrawan yang memiliki kepedulian, selama para guru besar bahasa mau turun tangan, selama kegiatan berbahasa selalu diupayakan dan bulan bahasa di semarakkan, bahasa Indonesia akan selalu hidup. Tidak perduli berapa ragam bahasa asing yang masuk. Bahasa Indonesia akan selalu hidup tumbuh dan berkembang.

Sehidup kesadaran baru yang terbangun hari ini, bahwa saya harus mewariskan kecintaan saya terhadap bahasa.
Jika tidak saya sebagai warga siapa lagi?
Jika tidak sekarang kapan lagi?

*** Naskah ini adalah penggembira untuk Kompasiana dalam rangka bulan bahasa. Dengan tema "Bahasa dan Kita" ( September 2012)

Pemenang I adalah Edy Roesdiono karyanya bisa dilihat  di sini .
Semoga Bermanfaat.


Rabu, 17 Oktober 2012

" 3 Dalam 13 "



Tulisan ini menjadi Penggembira dalam  kontes blok aku dan PLN,..tulisan pemenang bisa dilihat di bawah
 
 " Lembaga apapun dan dimanapun, pasti memiliki kekurangan. Yang membedakan adalah bagaimana mereka menggali kekurangan dan mengatasinya "
       
         “ Ibu! Saya pinjam uang dulu ya, PLN mengadakan pemasangan gratis bagi warga miskin.  Tapi yang gratis sudah habis, jadi harus membayar kurang lebih Rp 600.000,00 “
Saya terpana,… hari gini, di tengah kota Makassar yang metropolis, ada warga yang belum terjamah listrik? Atau  lebih tepat jika dikatakan, “Belum mampu memasang listrik?”
          Namun, kata gratis ini telah mengembangkan senyum di bibir saya. Lembaga apapun dan dimanapun, pasti memiliki kekurangan. Yang membedakan adalah bagaimana mereka berusaha menggali kerkurangan tersebut. Kemudian sebesar apa keinginan untuk mengatasi keluhan-keluhan yang timbul.
           Dan merupakan kesempatan emas, ketika PLN yang bekerja sama dengan BLOGdetik memberikan tempat untuk menuliskan “Aku dan harapanku kepada PLN . Demi sebuah sumbangsih untuk negara, demi kebersamaan,  saya tuliskan “3 dalam 13” dengan harapan menjadi bahan pertimbangan dari rakyat. Semoga bermanfaat.


Saat ini saya merasakan kemajuan dalam tubuh PLN. Terutama yang berhubungan dengan birokrasi. Pernah saya harus membayar tunggakan, karena pengontrak rumah sebelum saya menunggak 8 bulan. Tetapi semua bisa selesai dalam satu hari. Demikian pula bibi yang saya ceritakan di atas, meminta sambungan hanya dalam beberapa jam saja

Namun, ada ketidaknyamanan yang langsung saya rasakan, walau hanya tiga masalah. Dari  tiga hal ini berkembang menjadi 13 harapan. Meskipun saya yakin, beberapa diantaranya telah dilakukan oleh PLN, Jika memang telah dilakukan, tentu saja peningkatan frekwensi dan kualitaslah yang menjadi harapan.
3 Ketidaknyamanan itu adalah :

#1. Pemadaman Bergilir.

        Merupakan sebuah kesetimbangan alam, jika pertambahan penduduk (pengguna PLN ) yang tidak dibarengi dengan pertambahan sumber energi yang kontinyu, serta infra struktur yang kuat, akan menimbulkan kekurangan. Bahkan menurut Hambali dan Hendroko, 2002. Penurunan jumlah cadangan minyak yang disertai penurunan produksi minyak mencapai 10% pertahun disini
PLN mengatasi kekurangan jangka pendek dengan pemadaman bergilir. Meski pemadaman bergilir ini tampak sederhana, tetapi akibatnya luar biasa. Bagi masyarakat juga bagi para pelaku industri. Terutama bagi indusri mikro (home ndustri), dimana penghasilan pelaku industri tersebut 100% berasal dari sana.

Harapan atas pemadaman bergilir adalah

1)      #Adanya Target
Jika PLN berani menargetkan penurunan pemakaian BBM hingga 11,12% pada tahun 2012 (dari 21,2% menjadi 10%) sumber berita dari sini , maka tidak berlebihan jika saya berharap PLN membuat target pula untuk pemadaman bergilir.
Sebuah target yang dibuat berdasar hitungan yang matang, bahwa pada tahun “X” Indonesia akan bebas dari pemadaman bergilir. Setidaknya pemadaman bergilir mempunyai tangga penurunan yang telah di rencanakan, misalnya  tahun pertama 20%, tahun kedua 30%  dst.
Tidak mudah memang, tetapi dengan kesungguhan dari jajaran PLN yang bersih, bersama dukungan penuh  dan harapan dari masyarakat, PLN pasti bisa!

2)      # Sosialisasi khusus untuk Industri Kecil dan Mikro.
Meskipun sektor industri besar jauh lebih terpukul dengan pemadaman bergilir. Tetapi mereka juga mempunyai ketahanan yang lebih daripada masyarakat umum. Hal itu disebabkan mereka memiliki manajemen yang terstruktur dengan baik, serta SDM dan planning yang telah di tetapkan dengan matang.
Disamping itu mereka juga akan mendapat pemberitahuan  jadwal pemadaman secara khusus dari PLN .

Tetapi bagaimana dengan industri mikro? Bagaimana dengan nasib para pelaku usaha di bidang “Home industri?” Meskipun secara perseorangan sumbangan mereka terhadap perekonomian kecil. Tetapi secara nasional dan global mereka paling tahan terhadap krisis. Seperti pada tahun 1997 ketika Indonesia diguncang krisis moneter, dimana banyak Industri besar tumbang, Industri mikro relative stabil. sumber disini

Tetapi sayang, para pelaku industri mikro ini masih terabaikan dalam sosialisasi jadwal pemadaman. Artinya mereka tidak mendapat informasi khusus, sebagaimana pelaku industri besar. Padahal pelaku home industri mempunyai etos kerja yang sangat tinggi, dan bergantung penuh secara finansial kepada usaha mereka. Sehingga pemadaman listrik yang hanya beberapa jam, bisa mempunyai dampak yang sangat besar.

Alangkah bergunanya bagi pelaku industri mikro, jika mereka mendapatkan sosialisasi khusus.

3)      # Jadwal yang mudah dihafal (waktu dan interval yang sama)
Ketika masyarakat mengetahui masalah-masalah yang dihadapi PLN . Kemudian melihat upaya nyata atau kesungguhan dari PLN, tentu keikhlasan akan terbangun. Tetapi sosialisasi melalui Koran, atau media yang lain, belumlah cukup. Karena belum tentu sampai kepada rakyat.
Akan mendidik kesiapan pelanggan, jika PLN melakukan pemadaman bergilir dalam waktu-waktu yang sama, dengan interval yang sama. Demikian juga ketika PLN telah sanggup mengatasi kesulitan dan melakukan pengurangan pemadaman bergilir. Pengurangan dilakukan dalam waktu yang sama dan interval yang sama.
Dengan harapan masyarakat mampu bersosialisasi atas pemadaman itu pada diri mereka sendiri.

4)      #Membentuk tim sukarelawan.
Sesungguhnya masyarakat Indonesia, tidak bodoh dan tidak buta. Bahkan cenderung ringan tangan. Terbukti dengan adanya polisi cepek, koin Prita, honorer bergaji rendah yang loyal berkerja bertahun-tahun.
Sehingga bukan hal mustahil bagi  PLN untuk membentuk volunteer bagi sosialisasi di tiap daerah, hingga ke lingkup RT. Informasi dari mulut ke mulut terbukti lebih efektif daripada info di Koran.
Dengan sampainya informasi pemadaman kepada masyarakat, diharapkan kekecewaan yang sebagai dampak pemadaman bergilir bisa dikurangi.

#2. Finishing Yang Tidak Sempurna dan Pemeliharaan infrastruktur (Galian, kabel    dan tiang listrik)

Ketidaknyamanan kedua ini sering terasa lebih menganggu oleh tumpang tindihnya proyek antar PLN dan PDAM. Terutama atas galian tanah. Misalanya : Belum beberapa hari masyarakat lega dengan selesainya galian PLN, PDAM sudah menggali pula ditempat yang tidak terlalu jauh. Seolah–olah pekerjaan gali-menggali ini tidak ada habisnya.
Demikian juga atas galian tanah yang dikerjakan dengan setengah hati, sering membuat gundukan melintang di jalan. Selain mengurangi estetika mata,  juga menambah kemacetan dan rawan terjadi kecelakaan.  Pada akhirnya, waktu tersita dijalan dan produktifitas berkurang, belum lagi keselamatan pengguna yang terabaikan
            Selain itu kabel-kabel tranmisi yang terpasang rendah, dan tak jarang nampak kendur, memunculkan pertanyaan. Benakah kontraktornya professional? Benarkah kontraktornya tidak asal comot. Atau adakah sesuatu beramain didalamnya?

Harapan atas finishing yang tidak sempurna dan  pemeliharaan adalah

Beberapa harapan disini telah dilakukan oleh PLN. Namun menjadi suatu harapan agar PLN meninjau kembali pelaksanaanya, supaya keluhan atas finishing pekerjaan ini mampu ditekan seminim mungkin
 
5)      # Lebih Terbuka dan Selektif
Memilih patner kerja dengan lebih trasparan dan terbuka, yang dinilai berdasarkan pencapaian-pencapaian yang telah dilakukan oleh kontraktor sebelumnya. Jadi standart kompetisi untuk mendapatkan tender, tidak hanya mengacu kepada harga yang kompetitif, tetapi juga hasil kerja dan finishingnya. Sehingga tidak menjadi bumerang bagi  PLN di kemudian hari.

6)      # Pantauan yang Konsisten
Selalu mengadakan pantauan terhadap hasil akhir kerja patner (kontraktor) dan memberlakukan sangsi kepada mereka yang tidak tuntas dalam mengerjakan tugasnya. Atau sangsi yang dikenakan kepada petugas PLN yang bertugas memantau, jika terdapat kelalaian dalam tugasnya.
Sebagai pengelola listrik tunggal PLN harus bersikap tegas terhadap kepada kontraktor yang bersikap setengah hati.   

7)      # Stimulus dan Sangsi  Patner.
Memberikan kompetisi aktif kepada patner kerja PLN, sehingga tercipta suasana saling bersaing yang positif antar patner, Yang pada akhirnya merangsang mereka untuk memberikan yang terbaik.
Selain kompetisi hendaknya  PLN memberikan sangsi kepada Patner dengan kondite buruk.
Diharapkan dengan kompetisi, dan sangsi, hasil mereka jauh lebih bagus dan lebih dapat dirasakan oleh masyarakat.

8)      #Memberikan Pelatihan Kerja.
Secara akademik dan teori, tidak ada yang meragukan kemampuan jajaran Tim kerja .PLN Tetapi demi penghematan dan efisiensi, ada kalanya PLN  melimpahkan pekerjaan kepada pihak swasta. dimana pihak swasta membagi kembali pekerjaan dalam sub-sub bagian yang lebih kecil.
Alangkah baiknya jika  PLN “tetap” memberikan kepada mereka pelatihan-pelatihan, terutama yang menyangkut hal-hal kecil yang seringkali mengacam keselamatan pelanggan. Misalnya kabel yang terlalu rendah.

9)      #Melakukan Koordinasi Lapangan dengan instansi yang berkepentingan sama
Mungkin ini sulit dilakukan, tetapi bukan tidak mungkin. Koordinasi yang baik dengan pihak-pihak terkait (PDAM, TELKOM) atau pihak manapun yang berurusan dengan galian. Koordinasi akan mempersempit ruang yang tumpang tindih (mungkinkah ketika lewat jalur yang sama dimasukkan dalam satu lubang ?)

10)  #Sukarelawan
Selalu ada sukarelawan untuk sesuatu yang manfaat. Sebagaimana Jokowi dan Ahok yang menuai ratusan relawan, baik di berbagai jejaring sosial maupun mereka yang mau terjun langsung.
Maka tidak ada salahnya  membentuk tim relawan dalam memantau para pekerja lapangan.  Tim relawan bisa diambil dari penduduk sekitar proyek dilaksanakan.
Menyosialisasikan kepada mereka untuk melaporkan jika nampak ketidaktuntasan dalam pekerjaan yang mengganggu masyarakat (tumpukan galian). Ataupun hasil kerja yang mengancam keselamatan masyarakat.
Disamping efektif memantau hasil kerja, sukarelawan tersebut juga bisa digunakan untuk memantau keberadaan sarana dan prasarana yang sudah tidak layak. Misalnya kabel terkelupas, yang bisa menimbulkan arus pedek (menyebabkan kebakaran),
Tetapi tentu saja pengaduan bagi relawan ini dibedakan jalurnya dari jalur pengaduan biasa.
Dengan pemantauan yang berlapis-lapis seperti ini diharapkan segala praktek korupsi kolusi dan nepotisme mampu di tekan.

11)  # Pembersihan kearah dalam.
Menempatkan aparatur yang bersih, dengan pemantauan kedalam (SDM PLN) terhadap berbagai transaksi. Terutama dalam melaksanakan lelang proyek. Termasuk memberikan sangsi yang tegas bagi mereka yang terbukti melakukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Ketika suatu instansi menemukan  praktek KKN dalam jajarannya, bukan sesuatu yang memalukan, tetapi justru menunjukkan “Seberapa besar” niat dari instansi tersebut  untuk membersihkan jajarannya.
Sangsi tidak hanya menjadi efek jera bagi SDM yang nakal, tetapi juga memupuk kepercayaan masyarakat.

# 3. Tarif yang merakyat 

Ketidaknyamanan yang ketiga adalah tarif yang meroket. Namun demikian, sudah dapat di pastikan masalah tarif tidak hanya masalah rakyat. Tetapi merupakan masalah bagi besar bagi PT PLN Persero. Karena sebuah kenaikan membutuhkan proses berbelit yang tentu memusingkan.   
Membanggakan sekali bahwa PLN juga telah berusaha menekan harga, dengan mencoba berbagai sumber bahan bakar alternative. Tidak hanya karena persediaan menipis, tetapi juga karena tuntutan kebutuhan yang semakin membesar.
Beberapa upaya membanggakan dari PLN  yang wajib diacungkan jempol dan didukung  
  • Telah diadakan riset untuk menggunakan matahari sebagai sumber bahan bakar alternatif, bahkan di kabupaten Kapuas pada tiga kecamatan daerah tertinggal telah dibangun PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), sumber disini .  PLN juga sukses mengoperasikan  PLTS terbesar di Morotai dengan dana yang besar pula 29 milliar  Dan saat ini sedang diadakan penjajakan untuk daerah Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.sumber disiniCepat atau lambat dengan adanya PLTS ini masalah pemerataan listrik di daerah terpencil akan teratasi.
  • Pada pertengahan Agustus PPLTD Sumbawa telah mencoba menggunakan Minyak Jarak sebagai campuran solar pada PLTD (pembangkit Listrik Tenaga Diesel), mampu menghemat biaya hingga 20-30 %. Sumber disini
  • PLN juga telah menjajaki kemungkinan menggunakan sampah sebagai bahan bakar, dengan menggandeng ITB sebagai Patner di sini
Saya yakin jika di gali masih kemungkinan-kemungkinan yang bisa digunakan untuk menurunkan tarif dalam jangka panjang, salah satu diantaranyaadalah biodiesel berbahan minyak karet disini

Tidak ada sesuatu yang instan di dunia ini. Demikian juga dalam perubahan untuk menggunakan sumber daya alternative. Selalu ada biaya besar di awal. Misalnya penggunaan minyak jarak, Pada tahap awal lebih mahal daripada menggunakan solar. Tetapi setelah mencapai pencampuran yang pas, penghematan mampu dilakukan. Ditambah lagi biaya untuk infrastruktur baru yang akan dibangun.

Tetapi adanya riset yang berkesinambunganakan dan kerja keras yang terus menerus, akan membawa PLN, pada penetapan tarif yang murah.

Harapan untuk pengembangan ke depan

12)  # Kurikulum Pendidikan

Diakui atau tidak, kekurangan dalam era ini adalah efek dari hasil kerja generasi yang lalu. Dan kerja keras kita  sekarang akan dinikmati oleh generasi mendatang.
Jika tidak ingin anak cucu kita kehabisan sumber energi, pengenalan sumber daya alam dengan segala permasalahannya harus segera dilakukan. 

Pemerintahan Jepang dalam pengenalan sumber daya alam kepada generasinya mengemukakan bahwa “Jepang adalah negara yang miskin” ditambah dengan tragedi bom yang menghanguskan Hirosima dan Nagasaki membuat negara semakin terpuruk. Jiwa patriotisme dan kesadaran kehidupan bernegara telah di pupuk sejak dini. 
Dampaknya generasi muda mempunyai semangat yang sangat tinggi untuk keluar dari kemiskinan. Maka tak heran jika kemudian Jepang termasuk dalam Macan Asia

Sedangkan di Indonesia lebih sering diutarakan bahwa Indonesia gemah ripah loh jinawi, atau Indonesia adalah kolam susu. Alangkah seimbangnya jika juga diutarakan kepada mereka, daerah terpencil dengan realita sebaliknya (daerah kekurangan)

Jika permasalah sumber daya energi yang menipis dan tantangan ke depan telah dikenalkan sejak dini (SD). Maka bisa diharapkan tercipta generasi penerus yang militan. Bukan mustahil tercipta generasi-generasi riset dengan dedikasi tinggi dan generasi pengelola sumber daya alam yang handal 

13)  # Mengenalkan PLN sejak dini.
KPK telah menggandeng FPBA (Forum Penulis Bacaan Anak) untuk meluncurkan "Tunas Integritas". Sebuah buku yang ditujukan untuk anak berusia 4-5 tahun, 6 seri cerita anak demi membentuk pola pikir sedini mungkin dalam menangkal korupsi sumber disini
Maka saatnya pula humas  PLN melakukan gebrakan-gebrakan yang membangkitkan emosi anak, Supaya di kemudian hari mereka mampu menjawab tantangan akan minimnya sumber daya energi.
Gerakan yang akan bermanfaat di kemudian hari.

Itulah 13 harapan atas 3 ketidaknyamanan saya. Sebuah kerja keras yang nyata dibutuhkan. Berat memang, tapi saya yakin PLN pasti bisa! 

 Beberapa cuplikan pemenang lomba :
    Rofiul Hadi  PLN yang bersih dan seterang lampuku (Pemenang Utama)
    Nurul Habibah   PLN, Cahaya untuk Indonesia 
    Radiktiani 5 harapanku untuk PLN dan hikmah di balik padamnya listrik