Minggu, 15 Desember 2013

Pesan Guri Gurita Merah


Bulan Purnama datang. Kerajaan Laut Bening pun berpesta. Mereka bersuka ria. Bintang laut meloncat-loncat diantara terumbu karang. Glu menari dengan tiga ikan sekaligus. Bory Badut mengembang-kembungkan perutnya. Nil, Nul dan Nol, kembar tiga kuda laut bermain hula hop,... Yap! Yap! Yap.

               “ Jika ada manusia melihat kita dari atas laut. Pasti terkagum-ka....” 

Belum selesai ucapan Guri, laut berombak kencang, sorak-sorai itu berubah menjadi pekik ketakutan, mereka semua terseret ombak ke arah yang sama. 

Bagaimana mungkin, ombak datang saat air pasang? Sambil terus berenang, Guri Gurita mereka-reka. Tidak berapa lama, pertanyaan Guri terjawab. Penghuni Kerajaan Laut Bening terangkat keatas. Tali putih itu kelihatan. Mereka semua terkena jaring manusia. Glu dan si kembar Nil, Nul, dan Nol terbanting-banting. Mereka semua pingsan. 

Hanya Guri yang masih terbangun. Tetapi kepala manusia dengan gigi-gigi yang besar membuatnya takut. Lebih baik berpura-pura pingsan seperti mereka. Guri pun memejamkan mata. 

Sebuah tangan berbulu mengambil Kembar Tiga dan memasukkannya ke dalam ember besar.  Manusia-manusia itu terkagum-kagum dengan Kembar Tiga.

                  “OH, TIDAK!!” mereka mencungkil tentakel Glu yang terjerat jaring, dengan pisau tajam. Guri tak ingin terkena pisau yang tajam itu. Tak sadar Guri segera bangun dan berjalan menjauh. Tetapi, HUP! Sebuah tangan menangkapnya. Meski meronta sekuat tenaga, tangan itu jauh lebih kuat.

Guri dimasukkan dalam ember besar yang sama. Setelah itu satu persatu penghuni Laut Bening dimasukkan ke dalam ember. Kemudian mereka dipindahkan kedalam tong besar dan ditutup. Guri gemetar. Beberapa saat kemudian terdengar suara berdebum-debum, air dalam drum bergetar turun naik. Seperti air laut, jika ada kapal lewat. 

Oh, ternyata mereka dinaikkan ke dalam truk. Guri mendengar mereka akan dibawa ke Madiun, ke Kota Pecel. Dengan antusias Guri bertanya kepada teman-temannya yang mulai sadar, tapi mereka juga tidak tahu, apa itu Madiun dan apa itu pecel.

Bunk Bum Bum Bunk!! Drum tempat mereka bernaung diturunkan. Penghuni Laut Bening dipindahkan ke dalam aquarium besar. Banyak anemon dan trumbu karang disana. Tetapi semuanya keras. Tentu saja, semua hanya hiasan buatan manusia. Kasihan Ikan Bori Badut. Giginya lepas ketika mencoba menggigit rumput laut palsu.

Hari berlalu, aquarium menjadi tempat tinggal mereka. Setiap pagi ada anak kecil yang bernama Dio.  Sebelum berangkat sekolah, Dio selalu makan sesuatu yang terbungkus daun, sambil terkagum memandangi mereka. Akhirnya penghuni akuarium tahu, yang dimakan itulah yang bernama “Pecel”.  

Sialnya, setelah selesai makan, Dio memasukkan sisa-sisa pecel ke dalam akuarium. Pernah Nil, Nul dan Nol tertimpuk sambal pecel hingga kepalanya terluka. Bahkan bintang laut pun pingsan, karena tak kuat menahan aromanya. Glu yang memakan sisa-sisa daun pecel juga mabuk. Sisa nasi pecel itu membuat penghuni aquarium tersiksa. Bahkan nyaris putus asa. Tetapi mereka tak mau menyerah.

Karenanya, malam ini  penghuni aquarium berunding. Nil usul untuk mengikuti legenda nenek moyang, seperti Nemo menghancukan aquarium. Tetapi semua menolaknya. Mereka menyerahkannya kepada Guri Gurita bertubuh merah, untuk menyelesaikannya.

 Malam itu, Guri masih saja terjaga, berfikir apa yang bisa dilakukannya untuk membantu teman-temannya. Guri hilir mudik diantara temannya yang terlelap. Guri berdoa supaya mendapatkan cara.

 O, lala ... Guri tahu apa yang harus dilakukan. Guri segera keluar dari aquarium, mendekati meja dan membuka tas sekolah milik Dio. Tas sekolah yang selalu berada di meja depan aquarium.

 Keesokan harinya, semua penghuni aquarium berkumpul. Kali ini merekalah yang mengamati Dio makan. Semua tak sabar menanti apa yang akan terjadi.  Seperti biasa, selesai makan Dio berdiri. Guri berdebar, Dio mengangkat tangannya akan memasukkan nasi pecel ke dalam aquarium, tetapi kemudian kening Dio berkerut, dan perlahan-lahan kembali menurunkan tangannya. Dio meremas-remas bungkus nasi pecel, berbalik dan membawanya pergi.

                 "Hore!!!"

Seluruh mantan Kerajaan Laut Bening serentak bersorak-sorai. Glu menatap Guri dengan heran, bagaimana Guri melakukannya. Guri tersenyum misterius. Dengan tentakelnya Guri menunjuk pada kertas yang menempel dibelakang aquarium, menghadap kedepan. Tulisan yang dibuat Guri Gurita Merah : “BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA"
**Tulisan ini diikutkan lomba #CerpenGurita

Selasa, 28 Mei 2013

IIDN Katalisatoku



Semoga dengan tambah usia, IIDN semakin bermanfaat dan menginspirasi


Berangkat dari Nova online, saya mengenal IIDN. Sebuah komunitas menulis yang diisi oleh ibu-ibu sehobi.  Tanpa membuang waktu, saya hunting komunitas tersebut dan “klik” gabung. Alhamdulillah, ketemu. Saat ini, telah banyak anggotanya yang saya kenal secara “nyata”.

Salah satu acara di IIDN Makassar
Sebuah keuntungan yang besar. Karena di dalam IIDN Pusat setiap hari terdapat kelas online gratis. Tinggal menyiapkan waktunya saja. So, bagi yang suka menulis, tunggu apalagi, yuk gabung IIDN   

Tidak hanya kelas online, founder IIDN teh Indari Mastuti juga telah  mendirikan Indiscript Creative. Indiscript Creative bergerak di bidang penerbitan dan personal branding, dengan teh Lygia Pecanduhujan sebagai Markomnya.

Bagi saya IIDN istimewa. Mau tahu seistimewa apa? Yuk, simak pengalamanku di IIDN.
Selamat ulang tahun Sayang
 
Ketika saya bergabung, IIDN Pusat sedang mencari patner untuk menulis Kamus Wisata di wilayah Sulawesi. DL nya cuma dua hari. Langsung deh “nyut-nyut” pengen ikut,  tapi masih dengan tanda tanya besar dikepala : mampu-tidak, mampu tidak.  Dua harinya itu lho!! Karena ragu, saya memilih diam (tidak mengajukan diri)  

Ternyata teh  Indari Mastuti langsung memasukkan saya, dalam Tim Penyusun Kamus Wisata tersebut. Saya senang banget, tetapi jawaban yang keluar dari saya saat itu,”Saya pikir-pikir dulu, Teh”.

Eee,... jawaban beliau, “Ok lah, kalau tidak mau saya keluarkan dari grup!”. 
 
Spontan saya menjawab,” jangaaan!! OK! Saya ikut,” ... Haha, suka senyum sendiri kalau ingat spontanitas itu.  Keraguan saya hilang entah kemana. Dan hasilnya, beberapa hari setelahnya tidur cuma 2 s/d 3 jam. Yang lebih seru lagi khadimat minta berhenti, padahal anak saya 4 dan masih membawa bekal tiap pagi. Sebagai Ibu rumah tangga pasti tahu deh!!.. asoyy geboy pokoknya, berpacu dengan waktu!!
  
Hasilnya sobat? Ketika saya mengikuti lomba PEI, dari dua karya yang saya kirimkan... satu mendapat juara satu, dan lainya masuk sebagai finalis dalam lomba All About Insecta. Bulan Januari 2012. Tidak hanya saya, tercatat ada Marissa Agustina yang juga dari IIDN Makassar masuk sebagai sebagai finalis. 

Apa hubungan IIDN dengan menang lomba? Saya yakin sekali kalau sebelumnya saya tidak mengerjakan kamus wisata, tulisan saya pasti lebih berlepotan. Kerja bareng dalam proyek penulisan kamus inilah yang kemudian meng “up grade” saya.

Hingga kami memutuskan untuk mengadakan syukuran.
 
Ini foto syukuran itu..awal-awal di IIDN
Alhamdulilah, yang semula saya hanya ikut andil dalam Kamus Pantai Sulawesi Selatan saja, kemudian mendapat kepercayaan mengerjakan Wisata Belanja untuk Bali. Wisata Sungai untuk 5 propinsi, Wisata Selam, Batu Mulia, ... dan masih banyak lagi. Pokoknya benar-benar kenyang dan saya sangat menikmatinya. 
Ini hasilnya,.. 


Inilah Kamus Indonesia itu.
Setelah itu mencoba beberapa antologi yang dikomandani teman-teman IIDN pula,... seperti biasa banyak gagal. Meskipun begitu, ada pula yang gol...Haduh!. Diantara yang gol adalah, antologi Catatan Sang Pemenang, dan antologi Rinso.  
 
Ini antologiku yang dikomandani  Mbak Tuti Sitanggang



 

Dari IIDN pula lah akhirnya saya mengenal Komunitas Penulis Anak (PBA), juga Komunitas Emak Blogger (KEB).

So,... tidak berlebihan jika saya katakan IIDN adalah katalisku di ranah penulisan

Untuk itu,... terima kasih IIDN, 
Happy birthday and happy writing

  









 

Rabu, 22 Mei 2013

Cantik, itu ....



Judul Buku   : Mima dan Putri Jenna
Ilustrator      : Inner Child Studio
Jenis            : Fiksi Anak
Penulis         : Fita Chakra
Penerbit        : Tiga Ananda Solo
ISBN            : 978-979-084-659-3
Isi                 : 64 halaman



Semoga Mima sekarang mengerti bahwa menjadi putri tak perlu penampilan yang mengesankan”

Gempuran iklan, sinetron dan beberapa tayangan yang menampilkan wajah cantik, jika tidak disikapi dengan benar, mampu menggeser pola pikir anak. Menjadi tanggung jawab kita bukan?

Membangun percaya diri pada anak bukanlah hal yang mudah. Karya Fita Chakra yang berjudul Mima dan Putri Jenna ini, bisa menjadi peta bagi anak-anak untuk mengartikan kata cantik.

Novel ini dimulai dengan hadirnya undangan dari Tara,  untuk Mima. Lembaran cantik yang membawa masalah. Memakai baju apa? Dan membawa kue apa? Karena Tara mengharuskan peserta membawa kue dan mengenakan gaun unik. Tidak sekedar mengenakan tetapi juga dilombakan.

Mima memiliki rambut keriting. Pemberani dan tidak takut kotor.  Karakter mandiri yang sesungguhnya sudah “cukup” untuk menjadi percaya diri. Namun Fita berhasil membidik sisi lain. Sisi yang sering  menjadi barometer bagi anak baru gede, yaitu penampilan.

Kemandirian Mima saat ditinggal sendiri di rumah, hingga mencari boneka di gudang penuh laba-laba, mampu memberikan gambaran siapa Mima. Digudang itulah Mima bertemu Putri Jena. Seorang Putri dari Negeri Mimpi. Putri yang keluar dari halaman diary milik bundanya.

Sebuah tantangan manis disuguhkan Fita dalam pilihan sulit. Ketika Mima sudah mendapatkan solusi masalah baju, muncul Andini dengan permasalahannya. Hingga Mima  merelakan uang tabungannya untuk Andini.

Disini seorang anak diajarkan untuk berbuat baik dalam segala keadaan. Dalam keadaan terjepit, hingga merelakan impiannya. Namun selalu ada jalan untuk setiap masalah. Meski solusi melibatkan campur tangan Tante Sekar (orang dewasa). Namun ide dan kreatitifitas tetap dilakukan oleh Mimma dan Putri Jenna.

Fita juga mengusung sisi tradisi. Awal membaca saya memprediksikan semacam kostum unik Pesta Haloween. Dengan keunikan yang "wow". Namun Fita lebih santun menggambarkannya. Batik dan manik-manik.

Dan tidak seperti Little Miss Sun Sine, dimana rasa tidak percaya diri berakhir dengan sad ending. Fiksi anak yang membidik usia 6-7 tahun ini berakhir senyum. Dan kalimat yang menarik (halaman 63).

Syarat menjadi seorang putri.
Hati yang cantik.
Senyum yang tulus.
Tidak malu mengatakan apa yang disukai, meskipun orang lain tidak menyukainya .

Secara keseluruhan gaya bahasa dan penuturan Fita mengalir lancar. Ukuran buku pun nyaman dalam genggaman anak. Begitu pun huruf-hurufnya tidak mengakomodasi mata.

Sayang sekali Ilustrasi kurang banyak. Tidak semua bab terdapat ilustrasi. Padahal, menurut wawancara dengan penulis, buku ini membidik usia 6-7 tahun. Pada usia tersebut Ilustasi sangat memancing daya baca anak. 

Namun demikian karakter Mima, dengan rambut keriting meski dalam hitam putih, tampak menggemaskan.

Tidak meragukan lagi,  isi buku ini mampu mengangkat  ilustasi yang minim dan tanpa warna. Buku ini jauh lebih berkualitas daripada penampakannya. Tidak mengherankan sebab harga yang ditawarkan juga tidak merusak kantong.

Pantas saja, karena Fita Chakra yang mempunyai nama asli Fitria Chakrawati ini telah menghasilkan 30 buku dengan segudang pengalaman dalam dunia parenting. Tidak hanya tulisan serius, Fita juga menulis cerita-cerita kocak, diantaranya adalah Princess Kocak, yang ditulis bersama Eka Desti Swaranindita.

Sebaik-baik buku, tetap saja memiliki dampak negatif. Seperti kalimat awal resensi ini yang dikutip dari halaman 43 Novel Mima dan Putri Jenna ini .

"Semoga Mima sekarang mengerti bahwa menjadi putri tak perlu penampilan yang mengesankan”

Bagaimana jika anak benar-benar mengambil kesimpulan selamanya tidak perlu? Sesekali tampil mengesankan perlu bukan?

Yup! Saya sarankan Anda membeli buku ini.



Resensi ini ditulis untuk merayakan milad PBA ketiga


Forum Penulis Bacaan Anak

Minggu, 24 Februari 2013

“Bolot” Semut Pemberani


Kerajaan semut  berduka, banjir deras telah menghancurkan kerajaan. Kayu yang menjadi sarang mereka tergenang, raja semut hilang. Sebagian semut pekerja juga terseret air bah. Untunglah masih tersisa semut penasehat. Mereka berunding diatas sebuah daun.
            “Harus ada  pengganti raja”
            “Dia harus kuat “ jawab yang lain
Akhirnya disepakati mengadakan Sayembara. Raja baru harus kuat membawa jerami sambil menyeberang. Bukan menyeberang arus biasa. Tetapi arus deras akibat banjir tersebut.
Melihat derasnya air, hanya sepuluh ekor semut yang berani maju.  Diantara mereka adalah Kin, Lontar, si kembar Ding dan Dong,  serta Bolot semut. 

Keberanian Bolot menjadi bahan candaan. Sebab Bolot selalu keliru. Diminta mengambil pensil, keliru penghapus. Diminta mencari gula, remahan beras yang dibawa. Amboii!!
              “Jangan-jangan, saat lomba, Bolot malah lari ke darat!”
              “Haha....”

Panitia Sayembara telah meletakkan daun di seberang. Diatasnya diletakkan jerami. Lomba pun dimulai. Tiga semut berbadan besar gagal di awal pertandingan. Arus deras menyeretnya.
             “Sudah!! Percuma!! Kalian tidak akan sampai! Lihat kami” seru semut-semut yang gagal dalam keadaan basah kuyub.
 Lontar yang berbadan kurus menjadi bimbang. Ah si tinggi besar saja bisa terhanyut, apalagi, aku! Renang berbeda dengan lari!!. Lontar pun tak jadi ikut.
               “Hati-hati!! Arus sangat deras, aku belum mau mati!! “  Teriak Lontar
Kin semut menoleh. BUK!! Kulit kayu mendorong  tubuhnya hingga menabrak  Ding, Dong, dan Bolot yang berada disebelahnya. Mereka semua terbawa arus. Untunglah Dong bisa naik kulit kayu. Hingga mereka berempat selamat
                “Mengapa menabrak kami?”
                “Aku mendengar teriakan Lontar. Dia takut arus. Maaf!”
                “Haa?? Si Lontar? Bukankah dia pemenang lomba lari?... apalagi aku,” ujar Ding ragu
                “Apalagi Bolot!!... ,“ sahut Dong
                “Hahaha...” mereka terbahak bersama. 
Saat mereka menoleh. Bolot sudah terjun kembali ke air. Kin dan Ding memutuskan berhenti. Dong kembali masuk ke dalam air, Dong memang jago berenang. Hingga dalam berberapa detik Dong telah mendahului Bolot. 
             “Hai! Bolot kejar aku!!” Dong berenang miring, antenanya tampak berkilau. Bolot  diam saja, berenang dengan santai. Dong menjadi geregetan
            “Hai!! Kamu tahu! Jalan di depan masih panjang... Lontar dan Ding saja menyerah. Lihat ! Peserta lain sudah jauh  di depan.  Menyerah saja lah!”.  
             Dong menoleh. Jarak mereka semakin jauh. “ Dasar Bolot!!” Dengan tak sabar Dong mempercepat kayuhan tangannya, “Huh!!”  dengusnya, lalu memutar kepalanya melihat depan dengan kesal.
BUK!! Karena melihat ke belakang, Dong tidak tahu didepannya ada batu  “ Aduh!!” Dong pingsan, kepalanya berdarah. Untunglah ada regu penolong.

Bolot sampai terakhir di tempat Jerami.
             “Hai!! Cepat kembali!”  Seru semut penjaga jerami. “Kau, datang terakhir. Dan mereka semua tak beristirahat sepertimu!”

Bolot diam saja diaturnya nafasnya yang tersengal-sengal. Setelah merasa lebih ringan Bolot kembali ke arena membawa Jerami.
Sampai di arena semua menyambut dengan sorak-sorai!!!
            “Bolot Hebat!! Bolot menang!!!”
Tetapi Bolot malah bertopang dagu... “ Yang lain mana??”
         “Hahahaha!!” semua orang menertawakan Bolot “ Kamu satu-satunya yang berhasil. Mereka menyerah saat kembali!!”
Tapi Bolot masih saja bertopang dagu. Seekor semut, mempersilakan Bolot duduk di kursi raja. Bolot terkejut dan berteriak
             “ HORE!!! AKU MENANG!! “

Haa?!...  Semua tersentak. Penghuni kerajaan semut baru sadar. Bahwa selama ini Bolot adalah semut yang tuli.
Siapa menyangka, bahwa kekurangan pendengarannya, justru mengantarkannya menjadi pemenang. O,Lala ternyata, hanya suara yang baik, yang perlu didengar.
By Princess Aimy Nowa
Email harian Fajar- sakarimba@yahoo.com  Semoga bermanfaat


               
                 

                 

Sabtu, 10 November 2012

Ketika Harapan itu Ada

Sumber 

Sejarah telah mencatat bahwa Komite Empat era ORBA tidak “dianggap”. Panitia Retooling Aparatur Negara era ORLA, juga berakhir dead lock dan bubar. Bahkan Operasi Budhi tahun 1963, yang telah menyelamatkan 11 Milyard juga ditiadakan. Sebuah catatan sejarah berhikmah, “bukan” ketidakberhasilan yang membuat lembaga tenggelam, melainkan ketakutan pejabat negara korup dan kurangnya campur tangan rakyat .

Meski KPK telah 9 tahun exis. Tetapi Pemangkasan Kewenangan  KPK, dalam Revisi UU No 30 tahun 2002 tentang KPK, telah memberikan sinyal. Tanpa  dukungan rakyat, KPK akan senasip dengan pendahulunya.
          
Karena itu, jika saya menjadi Ketua KPK, maka  :

Sebelum memulai pekerjaan, saya pastikan KPK adalah amanat reformasi. Maka seluruh anggota KPK dan keluarganya harus siap dengan kemungkinan buruk. Bekerja maksimal dan rencana terus berjalan dengan atau tanpa saya.  

Saya akan bersahabat dengan rakyat. Membangun KPK yang tidak hanya menyelamatkan uang rakyat, tetapi juga dimiliki rakyat. 

Mengkampanyekan kejujuran dan kesederhanaaan, terutama kepada kaum wanita.  Karena wanita adalah guru pertama bagi anak-anak dan peneguh bagi pemimpin (laki-laki). 

Meningkatkan hubungan “khusus” dengan pribadi bersih dari seluruh badan yang ada, sehingga temuan kasus bisa ditingkatkan. Pengaduan yang “telah terbukti” juga akan saya berikan reward yang besar.
sumber
Meski hukuman bukan wewenang KPK. Tetapi saya akan terus mengawal, maka jika terjadi penyelewengan, KPK cepat mengendus. Saya juga akan mengabadikannya, nama-nama koruptor “pejabat kakap” di dinding tertinggi gedung KPK. Demi munculnya rasa malu, agar pengangkatan terpidana korupsi seperti Raja Faisal Yusuf, Senagip, Yusrizal, Imran Chalil dkk  tidak terjadi lagi.