Minggu, 24 Februari 2013

“Bolot” Semut Pemberani


Kerajaan semut  berduka, banjir deras telah menghancurkan kerajaan. Kayu yang menjadi sarang mereka tergenang, raja semut hilang. Sebagian semut pekerja juga terseret air bah. Untunglah masih tersisa semut penasehat. Mereka berunding diatas sebuah daun.
            “Harus ada  pengganti raja”
            “Dia harus kuat “ jawab yang lain
Akhirnya disepakati mengadakan Sayembara. Raja baru harus kuat membawa jerami sambil menyeberang. Bukan menyeberang arus biasa. Tetapi arus deras akibat banjir tersebut.
Melihat derasnya air, hanya sepuluh ekor semut yang berani maju.  Diantara mereka adalah Kin, Lontar, si kembar Ding dan Dong,  serta Bolot semut. 

Keberanian Bolot menjadi bahan candaan. Sebab Bolot selalu keliru. Diminta mengambil pensil, keliru penghapus. Diminta mencari gula, remahan beras yang dibawa. Amboii!!
              “Jangan-jangan, saat lomba, Bolot malah lari ke darat!”
              “Haha....”

Panitia Sayembara telah meletakkan daun di seberang. Diatasnya diletakkan jerami. Lomba pun dimulai. Tiga semut berbadan besar gagal di awal pertandingan. Arus deras menyeretnya.
             “Sudah!! Percuma!! Kalian tidak akan sampai! Lihat kami” seru semut-semut yang gagal dalam keadaan basah kuyub.
 Lontar yang berbadan kurus menjadi bimbang. Ah si tinggi besar saja bisa terhanyut, apalagi, aku! Renang berbeda dengan lari!!. Lontar pun tak jadi ikut.
               “Hati-hati!! Arus sangat deras, aku belum mau mati!! “  Teriak Lontar
Kin semut menoleh. BUK!! Kulit kayu mendorong  tubuhnya hingga menabrak  Ding, Dong, dan Bolot yang berada disebelahnya. Mereka semua terbawa arus. Untunglah Dong bisa naik kulit kayu. Hingga mereka berempat selamat
                “Mengapa menabrak kami?”
                “Aku mendengar teriakan Lontar. Dia takut arus. Maaf!”
                “Haa?? Si Lontar? Bukankah dia pemenang lomba lari?... apalagi aku,” ujar Ding ragu
                “Apalagi Bolot!!... ,“ sahut Dong
                “Hahaha...” mereka terbahak bersama. 
Saat mereka menoleh. Bolot sudah terjun kembali ke air. Kin dan Ding memutuskan berhenti. Dong kembali masuk ke dalam air, Dong memang jago berenang. Hingga dalam berberapa detik Dong telah mendahului Bolot. 
             “Hai! Bolot kejar aku!!” Dong berenang miring, antenanya tampak berkilau. Bolot  diam saja, berenang dengan santai. Dong menjadi geregetan
            “Hai!! Kamu tahu! Jalan di depan masih panjang... Lontar dan Ding saja menyerah. Lihat ! Peserta lain sudah jauh  di depan.  Menyerah saja lah!”.  
             Dong menoleh. Jarak mereka semakin jauh. “ Dasar Bolot!!” Dengan tak sabar Dong mempercepat kayuhan tangannya, “Huh!!”  dengusnya, lalu memutar kepalanya melihat depan dengan kesal.
BUK!! Karena melihat ke belakang, Dong tidak tahu didepannya ada batu  “ Aduh!!” Dong pingsan, kepalanya berdarah. Untunglah ada regu penolong.

Bolot sampai terakhir di tempat Jerami.
             “Hai!! Cepat kembali!”  Seru semut penjaga jerami. “Kau, datang terakhir. Dan mereka semua tak beristirahat sepertimu!”

Bolot diam saja diaturnya nafasnya yang tersengal-sengal. Setelah merasa lebih ringan Bolot kembali ke arena membawa Jerami.
Sampai di arena semua menyambut dengan sorak-sorai!!!
            “Bolot Hebat!! Bolot menang!!!”
Tetapi Bolot malah bertopang dagu... “ Yang lain mana??”
         “Hahahaha!!” semua orang menertawakan Bolot “ Kamu satu-satunya yang berhasil. Mereka menyerah saat kembali!!”
Tapi Bolot masih saja bertopang dagu. Seekor semut, mempersilakan Bolot duduk di kursi raja. Bolot terkejut dan berteriak
             “ HORE!!! AKU MENANG!! “

Haa?!...  Semua tersentak. Penghuni kerajaan semut baru sadar. Bahwa selama ini Bolot adalah semut yang tuli.
Siapa menyangka, bahwa kekurangan pendengarannya, justru mengantarkannya menjadi pemenang. O,Lala ternyata, hanya suara yang baik, yang perlu didengar.
By Princess Aimy Nowa
Email harian Fajar- sakarimba@yahoo.com  Semoga bermanfaat